07 Maret 2014

PELATIHAN FAB

Yang mau ikutan pelatihan First Aid Basic (FAB)

Kejadian kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Kejadian kegawatdaruratan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, oleh karena itu setiap orang diharuskan mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk menanganinya. Penanganan kegawatdaruratan tidak harus dilakukan oleh tim medis, karena memerlukan penanganan yang cepat. Saat ini pengetahuan masyarakat tentang penanganan gawat darurat masih sangat minim, padahal seharusnya setiap orang harus memiliki pengetahuan dan kemampuan ini. Oleh karena itu kami dari tim Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengadakan pelatihan kegawatdaruratan untuk masyarakat umum yang disebut First Aid Basic (FAB). Pelatihan ini meliputii penanganan standar apabila terjadi suatu kejadian medis darurat yang butuh penanganan cepat.
Pelatihan akan kami selenggarakan jika memenuhi kuota 30 orang. Silahkan daftar pelatihan ini di 081289666119.



ARMADA BARU

Armada ambulans kami yang siap melayani warga Jakarta



06 September 2012

HATI-HATI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN

RITUAL mudik Lebaran baru saja usai. Tapi bagi sebagian orang, kegiatan berlebaran di kampung halaman itu masih meninggalkan duka yang mendalam. Maklum, selama perjalanan pergi atau pulang dari kampung halaman itu, banyak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan ada yang meninggal dunia.
Berdasarkan data Korlantas Mabes Polri di Posko Harian Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2012 di Kantor Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan lalu lintas nasional selama H-8 (11/8) hingga H+3 (23/8) mencapai 4.333 kasus.
Dari jumlah kecelakaan tersebut, sebanyak 760 orang meninggal dunia. Sedangkan yang mengalami luka berat sebanyak 1.222 orang, dan luka ringan 4.086 orang. Dari jumlah korban tersebut, kebanyakan yang meninggal atau mengalami koma, didahului oleh gegar otak akibat benturan keras di kepala.
Mulyadi, dokter umum di Klinik Medizone, Jakarta, menyatakan, gegar otak memang merupakan kejadian yang paling banyak menimpa korban kecelakaan lalu lintas. Sebab, terjadinya benturan keras di kepala. Nah, gegar otak ini dapat menyebabkan kematian jika terjadi pendarahan di dalam otak. "Benturan yang keras bisa mengakibatkan patah tulang kepala dan mengakibatkan cairan serebrospinal tersumbat," katanya.
Serebrospinal adalah cairan yang berada di otak, yang mengelilingi otak melalui saluran ventrikel-ventrikel. Jika salah satu ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebrospinal akan terus bertambah. Akibatnya, otak membesar karena tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di sekitar ventrikel. Alhasil, fungsi otak bakal terganggu.
Pertolongan pertama
Selain gegar otak, faktor lain kematian akibat kecelakaan lalu lintas adalah cedera pada leher. Padahal, leher merupakan tempat bermukimnya susunan syaraf. "Jika terjadi cedera di situ jangan sampai mengangkat korban sembarangan, nanti malah dapat berakibat fatal," kata Mulyadi.
Menurut dia, banyak korban kecelakaan justru mengalami luka yang semakin parah akibat ketidaktahuan si penolong. Seharusnya, saat melakukan penanganan atau pertolongan pertama korban kecelakaan, pastikan terlebih dulu kondisi sekitar leher dan kepala korban. Jika ada memar, luka atau pendarahan di sekitar leher dan kepala maka jangan buru-buru mengangkat kepala korban.
Sebelum diangkat, sebaiknya kepala dan leher korban diberi papan pelindung yang menahan posisi leher tetap stabil dan tidak bergerak-gerak. "Yang terjadi di jalanan, orang selalu buru-buru mengangkatnya ke pinggir atau ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit," tukas Mulyadi. Jadi, jangan sampai niat tulus menolong, justru berakibat fatal bagi korban dan bisa menyebabkan kematian.
Sebagai perbandingan, masyarakat di negara maju justru lebih memilih menghubungi dan menunggu paramedis datang. Sementara saksi mata hanya menunggu korban. "Kalau di luar negeri si penolong bisa dituntut oleh keluarga korban jika salah memberikan pertolongan pertama," katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Suhanto, dokter umum yang berpraktik di Rumahsakit Medirose, Jakarta. Sejatinya, cidera leher dan gegar otak bisa disembuhkan jika penangannya dilakukan secara benar. "Jadi ini memang harus ada edukasi agar niatan menolong tidak memperparah kondisi korban," pungkasnya.

(Harian KONTAN, 28 Agustus 2012)

06 Februari 2011

PENYELAMAT

Terbakarnya Kapal Motor Penyeberangan (KMF) Laut Teduh II di Selat Sunda menambah panjang daftar kecelakaan transportasi di Indonesia. Sedikitnya 28 orang tewas dalam kecelakaan yang terjadi Jumat (28) dini hari pekan lalu itu.
Sejatinya, kabar terbakarnya kapal feri yang mengangkut sekitar 400 penumpang tersebut sampai ke tim penyelamat yang ada di darat. Tapi, mereka tak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki peralatan yang bisa menjangkau ke lokasi dalam waktu cepat.
Akhirnya, penyelamatan ratusan penumpang yang terjun ke laut bebas terutama hanya berpangku pada sesama kapal feri yang lewat saja. Untung, kecelakaan itu terjadi di Selat Sunda yang sibuk dengan lalu lalang kapal-kapal penyeberangan dari Merak ke Bakauheni dan sebaliknya selama 24 jam.
Tapi, tentu ceritanya akan lain kalau kita punya tim penyelamat perairan dan peralatan sekelas Coast Guard, Amerika Serikat. Bisa jadi, korban yang tewas tidak sebanyak itu. Dan, KMF Laut Teduh II dibekali peralatan pemadam kebakaran yang memadai.
Tapi, mesin pembunuh tak hanya ada di lautan. Tapi juga, di jalan- jalan di Indonesia. Dengan perilaku pengendara yang tidak disiplin dan ugal-ugalan, jalan-jalan di negara kita bisa menjadi mesin pembunuh yang sangat mematikan.
Celakanya, pemerintah khususnya pemerintah daerah tidak semua yang menyiapkan ambulans gawat darurat lengkap dengan paramedis yang memiliki kemampuan penanganan pra-rumah sakit.
Baru Pemerintah DKI Jakarta saja yang punya fasilitas emergensi ini. Tapi, jumlah unitnya masih terbatas sehingga tidak bisa melayani semua panggilan gawat darurat dari seluruh penjuru ibukota. Apalagi, belum banyak warga Jakarta yang tahu keberadaan ambulans tersebut.
Dengan perilaku orang kita yang tidak disiplin dan cuek bebek dengan keselamatan diri sendiri maupun orang lain, tampaknya tak mudah mengurangi angka kecelakaan transportasi di Indonesia. Contoh, dugaan sementara sumber api yang menyebabkan KMF Laut Teduh gosong berasal dari salah satu bus yang tidak mematikan mesin sewaktu berada di perut kapal.
Jadi, pemerintah pusat dan daerah harus mengambil langkah antisipatif dengan menyiapkan lembaga penyelamat yang handal dengan peralatan yang memadai. Dengan begitu, paling tidak bisa menekan jumlah korban tewas maupun yang luka-luka makin parah.

(Tajuk Harian KONTAN, 4 Februari 2011)

SERANGAN ASMA

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tahun 2009 lalu, jumlah penderita asma di seluruh dunia mencapai 300 juta orang. Sebanyak 12 juta di antaranya berasal dari Indonesia termasuk Jakarta.
Tak heran, belakangan ini, panggilan yang masuk ke kami tak sedikit dari penderita asma. Contoh, sewaktu saya masih bertugas di Alarm Centre, suatu hari lewat tengah malam, ada telepon masuk yang meminta kami mengirim unit ke sebuah rumah kos di bilangan Jakarta Timur.
Salah satu penghuninya, seorang wanita mendadak kena serangan asma akut. Obat hirup sudah tak mempan lagi. Sang penelpon yang tak lain kekasih perempuan malang itu sejatinya sedang tidak satu lokasi dengan gadis pujaannya itu.
Lantaran wanita itu sudah susah untuk berbicara dan hanya bisa mengirim pesan ke pacarnya, terpaksa lelaki tersebut yang menelpon ke kantor kami. Dengan panik pria itu meminta kami segera mengirim unit ke kos pacarnya. Bahkan, dia meminta kami tidak menutup telepon untuk terus mengabari kondisi terbaru.
Kami pun mengirim dua unit terdekat ke lokasi. Sampai di sana, tidak ada satu orang pun yang membukakan pintu, meski unit di lapangan sudah menggedor gerbang dan memanggil beberapa kali. Terpaksa, sirene ambulans menyalak. Baru, pemilik kos-kosan terbangun dan membukakan pintu.
Panggilan lainnya saat saya sudah kembali ke lapangan. Datangnya juga malam hari dari seorang ibu di daerah Jakarta Selatan yang juga mengalami serangan asma akut.
Saya dan rekan pun meluncur ke lokasi. Setelah melakukan pertolongan pertama, kami segera mengarahkan ambulans ke rumahsakit terdekat. Rupanya, bantuan oksigen tidak juga meredakan serangan asma ibu itu.
Sepanjang jalan, ibu itu gelisah. Semua posisi, baik tidur maupun duduk, tak nyaman. Tapi ternyata, Tuhan memberi jalan untuk saya. Saya mencoba menenangkan ibu itu dengan merangkulnya dari belakang. Ibu itu kemudian duduk dengan kepala merunduk di lengan saya. Hasilnya, serangan asma mereda.
Meski tangan saya pegal bukan kepalang, saya senang serangan asma ibu itu mereda. Ibu itu pun mengucapkan terima kasih dengan menganggukkan kepala dan memegang tangan saya sewaktu di rumahsakit. Maklum, nafasnya yang sesak membuat dia tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun.

malam di kunciran

27 September 2010

WAJAH RUMAHSAKIT (5)

Tadinya, saya pikir kelahiran Undang-Undang (UU) Kesehatan yang baru, yang memuat sanksi pidana dan denda yang cukup berat akan membuat tugas kami menjadi ringan. Tapi ternyata, kenyataan di lapangan berbeda 180 derajat. Tak semua rumahsakit takut dengan beleid tersebut.
Memang, saya tidak mengalami kejadian tersebut, melainkan teman-teman di lapangan. Tapi, saat kejadian itu terjadi saya bertugas sebagai manager in duty di Alarm Centre.
Menjelang tengah malam kami mendapat order untuk membawa pasien yang sudah tipis harapan hidupnya dari sebuah rumahsakit ke rumahnya. Begitu sampai di rumah pasien di bilangan Jakarta Timur, si pasien mendadak kondisinya membaik. Pihak keluarga akhirnya meminta petugas kami untuk standby.

Tapi, dini hari tiba-tiba kondisi pasien kembali memburuk. Pihak keluarga meminta kami untuk membawa pasien ke sebuah rumahsakit di kawasan Jakarta Timur.
Bukannya pertolongan yang kami dapat, tapi malah umpatan dari dokter jaga IGD. Katanya, kami harus memberitahu dahulu kalau mau membawa pasien dalam kondisi gawat. Waduh!
Ya, begitulah resiko dari pekerjaan kami, yang seharusnya tidak terjadi kalau semua pihak mematuhi perintah UU Kesehatan yang baru.

malam di kunciran

13 September 2010

DUKA LEBARAN

Lebaran justru menjadi hari yang paling menyibukkan buat kami. Di hari yang fitri tersebut justru terjadi kejadian luar biasa yang seharusnya tidak terjadi.
Siang menjelang sore, di lebaran hari pertama, saya yang saat itu bertugas menjadi manager on duty di Alarm Centre, mendapat on call dari pihak kepolisian yang berjaga di acara open house Presiden SBY di Istana Negara.
Polisi tersebut meminta kami segera meluncur ke Istana Negara karena terjadi sedikit chaos dalam acara tersebut, karena warga saling berebut untuk masuk sehingga ada warga yang menjadi korban.
Saya langsung memerintahkan lima ambulans terdekat segera meluncur ke lokasi. Petugas kami di lapangan mendapati seorang warga yang terkulai lemas, dan segera melakukan pertolongan dengan memberikan oksigen dan upaya bagging atau memompa pernafasan. Tapi, usaha kami selama 10 menit itu sia-sia, korban tersebut akhirnya meninggal dunia.
Ini kali kedua terjadi kejadian luar biasa saat lebaran. Tahun lalu, kami juga disibukkan menolong warga yang menjadi korban yang saling berebut masuk ke Balai Kota DKI saat open house Gubernur di hari kedua lebaran. Tapi, ketika itu tidak ada yang sampai meninggal dunia, hanya dua warga yang perlu mendapat perawatan insentif di rumahsakit.
Mudah-mudahan musibah ini yang terakhir. amin.

malam di gedong