27 Juli 2009

BOM MEGA KUNINGAN


Sewaktu bom meledak di Hotel J.W. Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli lalu, banyak pihak yang menyayangkan lambannya ambulans datang ke lokasi kejadian. Ini bukan pembelaan hanya penjelasan kenapa AGD DKI tidak cepat sampai ke dua hotel berbintang itu dalam tempo singkat.
Kronologis kejadian saya kumpulkan berdasarkan keterangan teman-teman di Alarm Centre dan yang bertugas di lapangan. Maklum hari itu saya yang semestinya bertugas sebagai penanggung jawab di Alarm Centre, sebutan AGD DKI buat call centre, mesti off lantaran demam dan mual-mual yang menyerang sejak sehari sebelumnya.
Tak lama setelah ledakan kedua, Alarm Centre menerima telepon yang mengabarkan ada bom di kawasan Mega Kuningan. Kami langsung mengontak unit-unit di lapangan yang terdekat dengan lokasi kejadian meluncur ke TKP.
Empat unit yang biasa nge-pos di daerah Jakarta Selatan, yang saat itu semua sedang aplusan petugas di kantor Walikota Jakarta Selatan, tiba bersamaan 15 menit kemudian. Tapi, tidak banyak korban luka yang bisa diangkut ke rumahsakit lantaran kebanyakan sudah dibawa menggunakan kendaraan pribadi.
Pos Walikota Jakarta Selatan memang lokasi paling dekat ke kawasan Mega Kuningan. Kemacetan yang mengular di setiap ruas jalan yang ada di Jakarta pagi itu sedikit menghambat laju ambulans kami ke TKP. Termasuk yang berasal dari unit-unit lain yang berjaga di daerah pusat, utara, barat, dan timur Jakarta.
Kok tidak menempatkan unit di kawasan Segitiga Emas? Dulu kami pernah menempatkan unit di wilayah Kuningan, persisnya di GOR Sumantri Brodjonegoro. Juga di kawan Gelora Bung Karno, Senayan. Cuma, jumlah ambulans di wilayah Jakarta Selatan yang dulu ada enam unit sekarang tinggal empat.
Selain jumlah petugas yang menyusut lantaran banyak yang mengundurkan diri, juga banyak ambulans yang rusak. Anggaran yang cekak membuat ADG DKI tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki unit-unit yang rusak. Jumlahnya lebih dari 20 unit, yang sekarang teronggok menjadi besi tua di Bela, kantor pusat kami di kawasan Sunter.
Terpaksa kami merampingkan jumlah pos termasuk yang di Kuningan. Tentu pemilihan pos-pos yang ada sekarang berdasarkan hasil evaluasi: panggilan banyak datang dari daerah-daerah di sekitar pos. Cuma yang perlu dicatat, status kami menumpang di sana. Ada yang di pos polisi, pemadam kebakaran, atau rumahsakit.
Makanya, kami menyambut baik rencana Ketua Desk Pemberantasan Terorisme Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Ansyaad Mbai yang ingin menyatukan polisi, ambulans, dan pemadam kebakaran ke dalam satuan khusus (Tabloid KONTAN, Minggu IV Juli 2009).
Sehingga kami bisa mendapat kabar cepat kalau terjadi ledakan bom atau bencana lainnya. Apalagi kalau kami juga dibuatkan pos sendiri sehingga tidak perlu menumpang lagi. Soalnya, tidak semua orang di tempat yang kami tumpangi senang dengan kehadiran kami.

Jadi, kami tunggu realisasinya Pak!

sore di kunciran

15 Juli 2009

AGD ACEH

Berita ini saya kutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (15/7).
Bulan depan, Pemerintah Nangroe Aceh Darussalam bakal segera meluncurkan pelayanan ambulans terpadu. Tujuannya, untuk meningkatkan pelayanan akses kesehatan bagi masyarakat di provinsi yang punya julukan Sembari Mekkah tersebut.
Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar mengatakan, pelayanan ambulans terpadu itu akan dimulai di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dulu sebagai pilot proyek. Setelah itu baru kota dan kabupaten lainnya.
Nantinya, layanan ambulans terpadu ini akan dikelola Unit Pelaksana Teknis Dinas di bawah Dinas Kesehatan Aceh, dengan mengandalkan sekitar 50 unit ambulans. Bakal ada call center khusus yang bisa dihubungi selama 24 jam penuh.

Setelah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Aceh, daerah mana lagi yang mau menyusul?­ Ya, semoga sejumlah daerah yang sudah melakukan studi banding ke AGD DKI segera menyusul Aceh membentuk ambulans gawat darurat terpadu.

malam di kunciran