06 September 2012

HATI-HATI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN

RITUAL mudik Lebaran baru saja usai. Tapi bagi sebagian orang, kegiatan berlebaran di kampung halaman itu masih meninggalkan duka yang mendalam. Maklum, selama perjalanan pergi atau pulang dari kampung halaman itu, banyak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan cidera bahkan ada yang meninggal dunia.
Berdasarkan data Korlantas Mabes Polri di Posko Harian Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2012 di Kantor Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan lalu lintas nasional selama H-8 (11/8) hingga H+3 (23/8) mencapai 4.333 kasus.
Dari jumlah kecelakaan tersebut, sebanyak 760 orang meninggal dunia. Sedangkan yang mengalami luka berat sebanyak 1.222 orang, dan luka ringan 4.086 orang. Dari jumlah korban tersebut, kebanyakan yang meninggal atau mengalami koma, didahului oleh gegar otak akibat benturan keras di kepala.
Mulyadi, dokter umum di Klinik Medizone, Jakarta, menyatakan, gegar otak memang merupakan kejadian yang paling banyak menimpa korban kecelakaan lalu lintas. Sebab, terjadinya benturan keras di kepala. Nah, gegar otak ini dapat menyebabkan kematian jika terjadi pendarahan di dalam otak. "Benturan yang keras bisa mengakibatkan patah tulang kepala dan mengakibatkan cairan serebrospinal tersumbat," katanya.
Serebrospinal adalah cairan yang berada di otak, yang mengelilingi otak melalui saluran ventrikel-ventrikel. Jika salah satu ventrikel otak mengalami penyumbatan maka cairan serebrospinal akan terus bertambah. Akibatnya, otak membesar karena tekanan cairan serebrospinal. Pembesaran ventrikel otak akan menekan unsur-unsur saraf di sekitar ventrikel. Alhasil, fungsi otak bakal terganggu.
Pertolongan pertama
Selain gegar otak, faktor lain kematian akibat kecelakaan lalu lintas adalah cedera pada leher. Padahal, leher merupakan tempat bermukimnya susunan syaraf. "Jika terjadi cedera di situ jangan sampai mengangkat korban sembarangan, nanti malah dapat berakibat fatal," kata Mulyadi.
Menurut dia, banyak korban kecelakaan justru mengalami luka yang semakin parah akibat ketidaktahuan si penolong. Seharusnya, saat melakukan penanganan atau pertolongan pertama korban kecelakaan, pastikan terlebih dulu kondisi sekitar leher dan kepala korban. Jika ada memar, luka atau pendarahan di sekitar leher dan kepala maka jangan buru-buru mengangkat kepala korban.
Sebelum diangkat, sebaiknya kepala dan leher korban diberi papan pelindung yang menahan posisi leher tetap stabil dan tidak bergerak-gerak. "Yang terjadi di jalanan, orang selalu buru-buru mengangkatnya ke pinggir atau ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit," tukas Mulyadi. Jadi, jangan sampai niat tulus menolong, justru berakibat fatal bagi korban dan bisa menyebabkan kematian.
Sebagai perbandingan, masyarakat di negara maju justru lebih memilih menghubungi dan menunggu paramedis datang. Sementara saksi mata hanya menunggu korban. "Kalau di luar negeri si penolong bisa dituntut oleh keluarga korban jika salah memberikan pertolongan pertama," katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Suhanto, dokter umum yang berpraktik di Rumahsakit Medirose, Jakarta. Sejatinya, cidera leher dan gegar otak bisa disembuhkan jika penangannya dilakukan secara benar. "Jadi ini memang harus ada edukasi agar niatan menolong tidak memperparah kondisi korban," pungkasnya.

(Harian KONTAN, 28 Agustus 2012)