10 Januari 2010

BERI AMBULANS JALAN! (2)


Kamis (7/1) sore lalu, ada telepon masuk dari seorang ibu yang tinggal di daerah Jakarta Selatan. Sang ibu meminta kami datang lantaran anaknya dalam keadaan kritis. Segera saja saya mengontak unit yang nge-pos di kantor Walikota Jakarta Selatan.
Tidak berapa lama, ibu tadi kembali menelpon dan mengabari kalau anaknya kondisinya makin kritis. Saya pun menghubungi unit untuk menanyakan posisi terakhir. Rupanya, hujan deras yang baru saja mengguyur wilayah Jakarta membuat kemacetan di mana-mana. Ambulans kami pun terjebak dalam kemacetan.
Saat berbicara dengan crew, dari seberang telepon terdengar suara pilot kami yang berteriak lantang. Ternyata, dia terlibat cekcok dengan seorang pengemudi mobil lainnya yang tidak mau memberi jalan. Padahal, kami sudah menyalakan sirene dan meminta jalan.
Ya, soal ribut-ribut dengan pengguna jalan hampir menjadi santapan keseharian kami. Banyak pengendara yang enggan memberikan jalan atau bahkan sengaja menghalangi laju ambulans kami. Sewaktu masih bertugas di lapangan, saya tidak satu dua kali harus terlibat cekcok dengan mereka.
Entah apa yang ada di benak mereka? Mungkin bagi mereka, nyawa pasien yang kami bawa atau yang akan kami bawa tidak ada artinya. Mungkin bagi mereka, yang penting tidak lama-lama terjebak dalam kemacetan sehingga tidak memberi jalan ambulans.
Padahal, kami tidak akan minta diprioritaskan kalau kami tidak sedang membawa atau akan menjebut pasien dalam kondisi gawat darurat. Sirene kami hanya akan menyalak-nyalak jika dalam kondisi gawat darurat. Tapi kalau tidak, meski kami sedang membawa pasien, sirene tidak akan menyala. Hanya lampu rotator saja, yang menandakan kami sedang membawa pasien.


Jadi, sekali lagi kami minta: Beri Kami Jalan!

sore di kunciran