29 Maret 2009

SITU GINTUNG

Jumat (27/2) lalu merupakan hari yang sangat-sangat melelahkan. Meski tidak sedang bertugas di lapangan lantaran sejak awal Maret ini mesti balik ke kandang alias Bela, bertugas sebagai penanggung jawab Alarm Center hari itu betul-betul melelahkan.
Soalnya, Tragedi Situ Gintung yang melumat ratusan rumah dan menelan puluhan korban jiwa benar-benar menyita perhatian. Hampir seluruh unit yang hari itu berjumlah 17 ambulans berangkat ke lokasi kejadian di daerah Cirendeu, Tangerang Selatan.
Lagi sibuk-sibuknya mengkoordinasi unit-unit yang ada di Situ Gintung, tiba-tiba ada telepon dari direktur. Katanya, Menteri Kesehatan baru saja telepon kalau Rumahsakit Cipto Mangunkusumo mendapat ancaman bom.
Ibu Menteri meminta AGD DKI untuk menempatkan beberapa ambulans di rumahsakit pelat merah itu untuk berjaga-jaga. Akhirnya, saya terpaksa menarik sebagian unit yang ada di Situ Gintung untuk mengarah ke Rumahsakit Cipto.
Kesibukan makin menjadi setelah Plaza Senayan juga mendapat teror bom. Kami pun mengirim unit ke sana untuk berjaga-jaga. Belum lagi, semua suku dinas kesehatan wilayah dan polisi terus saja memanggil di radio untuk minta perkembangan terakhir di Situ Gintung.Puih, benar-benar melelahkan. Tapi, senang banget karena bisa membantu sesama. Hanya, kami minta maaf lantaran banyak menolak permintaan dari masyarakat. Maklum, hari itu semua unit habis, meski kami sudah mengerahkan unit cadangan yang ada di Bela.


malam di kunciran

04 Maret 2009

LUPA INGATAN

Bulan lalu dalam tempo dua hari saya dan sejumlah rekan menangani empat pasien yang mendadak lupa ingatan atau pura-pura lupa ingatan. Pura-pura? Bisa jadi kalau melihat mimik mereka.
Yang pertama, saat menolong korban kecelakaan tunggal di daerah Jakarta Selatan. Ketika sedang menangani pengendara sepeda motor yang terjatuh itu tiba-tiba dia tersadar. Terus ngomong, “Di mana saya? Kenapa saya bisa begini?”.
Kedua, juga saat menolong korban kecelakaan tunggal juga di daerah Jakarta Selatan. Ketika sedang menangani pengendara dan penumpang sepeda motor yang terjatuh itu, mereka berdua adalah sepasang kekasih, tiba-tiba si cowok ngomong ke si cewek, “Siapa kamu?”. Ee, si cewek juga ngomong sebaliknya ke si cowok, “Siapa kamu?”.
Ketiga, saat menolong seorang Bapak yang menabrak pintu kaca di sebuah kantor pemerintahan di Jakarta Selatan. Dahi bapak malang itu robek cukup panjang sehingga mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Nah, saat sedang saya obati, bapak itu ngomong, “Di mana saya? Kenapa saya bisa begini?”.
Jadi, lupa ingatan atau pura-pura lupa ingatan?


malam di kunciran