12 November 2008

TANGIS BAYI

Tangis bayi yang baru berumur dua hari itu pecah di dalam ambulans yang saya awaki di medio 2006 lalu. Ini sebuah mukjizat sebab sudah dua hari orok tidak pernah menangis.
Begitu lahir di sebuah rumahsakit di bilangan Jakarta Timur memang bayi itu sempat menangis. Tapi, setelah itu dia terdiam. Makanya, dokter yang merawatnya memerintahkan orok malang tersebut dirawat secara intensif di ruangan ICU.
Tapi, tak ada tempat lagi buat si bayi di ICU rumahsakit itu. Terpaksa, orang tuanya harus memindahkan dia ke rumahsakit lain, juga di daerah Jakarta Timur. Karena itu, mereka mengontak Ambulans 118 untuk membantu pemindahan anaknya.
Jujur, saya bersama rekan sempat tidak enak hati meminta biaya ke orang tua bayi tersebut lantaran jarak rumahsakit yang dituju hanya sepelemparan batu. Paling lima menit juga sampai. Makanya, saya bilang baik-baik ke orang tua baik kalau sebetulnya kami tidak ingin memungut biaya sepeser pun. Cuma, lantaran tugas ini atas perintah kantor kami tidak bisa mengelak. Mereka pun memahami perasaan kami.
Setelah semua urusan administrasi beres, ambulans pun meluncur ke rumahsakit tujuan. Tak lama kemudian mukjiizat itu terjadi, sang bayi menangis hebat. Kami sempat dibuat terbengong-bengong melihat keajaiban ini.
Mukjizat ini yang membawa bayi itu cukup menjalani perawatan di ruang biasa. Tidak perlu sampai di ICU segala. Mungkin ini jawaban Tuhan atas perasaan saya dan rekan yang sempat tidak enak hati itu karena jarak yang pendek tapi tetap ditarik biaya.
Si orang tua bayi memang mesti keluar ongkos ambulans, tapi mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang berlipat-lipat lagi untuk perawatan anaknya di ruang ICU.
Sebelum kami meninggalkan rumahsakit tersebut, ayah sang bayi mengucapkan banyak-banyak terima kasih ke kami. Bahkan, dia meminta kami untuk memberi nama pada anaknya. Tapi, permintaan ini kami tolak. Dalam hati saya hanya bisa berbisik:
Terima Kasih Tuhan.


malam di kunciran

Tidak ada komentar: