04 Juli 2008

Ambulans 118 Tetap Melayani Meski Kondisinya Sekarat

Dari jumlah yang bisa beroperasi, 24 mobil ambulans itu kini tersebar di beberapa titik di kota Jakarta seperti di rumah sakit dan kantor polisi. Tujuannya agar mobil ini bisa lebih cepat menjangkau masyarakat yang membutuhkan. "Idealnya dalam sepuluh menit kami sudah sampai di lokasi," ujar Pepen Efendi, Pejabat Sementara Kepala Operasional Ambulans Gawat Darurat 118.
Tetapi karena keterbatasan,ambulans 118 memberikan skala prioritas dalam melayani pasien. Pasien dalam kondisi kritis berhak mendapatkan pelayanan lebih dahulu. Pasien lain yang mendapatkan prioritas utama adalah yang mengalami gangguan pernafasan dan sirkulasi darah.
Setiap armada harus dilengkapi dengan tempat tidur lipat, kotak perlengkapan gawat darurat, tabung oksigen, infus, dan perlengkapan lain seperti penyangga kepala dan tulang belakang. Selain supir, mobil ini juga berisi dua orang tenaga medis. "Jadi kami bukan sekedar mengangkut tapi juga memberikan perawatan pertama terutama agar kondisi pasien stabil sebelum dipindahkan," ujar Pepen.
Dua staf medis minimal harus lulusan diploma tiga jurusan ilmu keperawatan. Mereka juga harus mendapatkan pendidikan khusus sebelum terjun ke lapangan. Total saat ini jumlah staf medis ambulan sebanyak 276 orang. Sebagai staf medis mereka harus dalam kondisi prima setiap saat dalam menjalankan tugas.
Tetapi kenyataannya para staf medis ini terkadang harus beristirahat di dalam mobil ambulans karena pos-pos yang mereka tempati tak menyediakan tempat khusus. "Kalau di kepolisian lumayan karena sama-sama petugas lapangan, tapi untuk tempat lain kami hanya bisa nongkrong di lapangan parkir," ungkap Cucu, seorang staf medis.
Selain itu pemahaman masyarakat tentangambulans 118 juga masih kurang. Cucu pernah merasakan pedasnya cacian gara-gara ketidaktahuan masyarakat. Waktu itu, dia pernah bertugas menolong seorang warga di rumah susun Cawang Atas, Jakarta Timur. Namun begitu sampai di lokasi, ternyata pasien yang hendak ia tolong telah meninggal dunia.
Keluaga pasien ngotot agar Cucu membawa jenazah itu ke rumah sakit. Tetapi Cucu tak mau karena peraturan mereka melarang membawa jenazah. Akhirnya Cucu pun terpaksa menunggu mobil jenazah agar bisa pulang. "Yah, kalau ada keluarga yang marah-marah kepada kami, itu sudah biasa, Mas," katanya pasrah.
Ada juga warga yang iseng mengganggu panggilan 118. Dalam sebulan ada empat sampai lima kali panggilan tidak jelas dari warga. "Padahal kami sudah turun ke lokasi lengkap dengan staf medis" ujar Fauzi, staf komunikasi Ambulans 118.
Kejahilan ini tentunya bisa berakibat fatal karena warga yang seharusnya benar-benar membutuhkan pertolongan pada saat bersamaan jadi tidak tertolong. Selain iseng, ada pula panggilan masuk yang terlalu berlebihan. "Laporannya kecelakaan dengan luka parah, tapi ketika kami turun ke lapangan ternyata hanya lecet saja," kata Fauzi dengan kesal.
Otomatis, biaya operasional ambulans jadi makin berat. "Kami sudah mengeluarkan biaya bensin dan lain-lain tapi tidak bisa meminta biaya karena pasiennya tidak jadi kami angkut ke rumah sakit," lanjutnya.
Meski begitu, anggota staf medis mengaku tak surut langkah untuk tetap melayani publik Jakarta. Mereka juga menambah akses telepon baru yakni 021-65303118, sebab ternyata tidak semua mobil ambulans dari nomor 118 itu bisa terkoneksi. "Nomor 118 yang tersambung hanya dari pengguna telepon seluler dengan operator tertentu saja dan dari telepon rumah pribadi di sebagian wilayah Jakarta. Padahal 60% warga yang kami layani adalah pengguna kartu Gakin (Keluarga Miskin) yang anggarannya terbatas," ujar Pepen.

oleh: Patersius Sembiring
Harian KONTAN
4 April 2007

Tidak ada komentar: