08 Juli 2008

Ambulans, Hadir di Detik-Detik yang Menentukan

RAUNGAN bunyi sirine ambulans selama ini memang menjadi penanda adanya kondisi darurat. Wajar bila semua mobil kudu menyingkir dari jalan untuk melempangkan laju ambulans. Soalnya, di dalam ambulans boleh jadi ada penumpang dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera.
Tentu, kondisi ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, entah itu akibat kecelakaan lalu lintas, kebakaran, sakit, dan sebab gawat lainnya. Kesigapan dalam memberikan pertolongan pertama seringkali menjadi kunci utama menyelamatkan nyawa korban. Makanya, tak sedikit orang yang sontak memanggil layanan ambulans gawat darurat (AGD).
Selain ambulans dari rumah sakit terdekat, korban atau keluarga bisa memanggil layanan ambulans milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang lebih populer dengan sebutan Ambulans 118. Kehadiran tim medis ini menjadi tumpuan tatkala ada korban yang tengah membutuhkan pertolongan pertama. Sebelum tiba di rumah sakit, di dalam ambulan, tim medis akan memberikan pertolongan pertama.
Jasa pertolongan pertama ini akan menolong korban di tempat kejadian sekaligus mengantarnya ke rumah sakit. Petugas medis ini akan menolong si korban meredakan rasa sakitnya. Jika ada orang sesak nafas, pasien akan mendapatkan pertolongan oksigen dalam ambulans. Kalau kelewat parah, petugas akan melakukan pernafasan buatan.
Kondisi ini tak bisa dilakukan di mobil pribadi lantaran keluarga korban keburu panik duluan. Makanya, bila melongok isi ambulan, peralatannya beragam. Di sana ini tersedia berbagai peralatan standar yakni infus berikut jarum, oksigen, penopang leher, serta perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Tak hanya itu, korps ambulans gawat darurat juga wajib disertai tim medis yang bertugas memberikan pertolongan pertama. Mereka umumnya mahir karena sudah ikut mendapat serangkaian pelatihan dan mengantongi sertifikat untuk menangani pasien kritis. “Tenaga medis di ambulans gawat darurat Dinas Kesehatan DKI Jakarta minimal lulusan diploma tiga keperawatan,” kata Direktur AGD Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jhon Marbun.
Tenaga medis ambulans juga sudah mengecap ilmu penanganan basic life support atau bantuan hidup pasien, basic trauma dan lainnya dari berbagai rumah sakit terkemuka seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Tak heran, mereka juga cukup piawai menangani pasien gawat yang terkena serangan jantung, trauma, dan lainnya.
Untuk pasien nontrauma, seperti pasien dengan keluhan stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung, perlengkapan seperti elektrokardiografi atau EKG juga tersedia. Untuk pasien traumatik seperti korban kecelakaan, jatuh dari pohon atau tertabrak mobil, "Perlengkapan lengkap wajib tersedia," ujar Jose Rizal Jurnalis, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committe (MER-C), organisasi sosial gawat darurat dan medis.
Saking pentingnya, korps ini berhak menjadi raja jalanan ketika menjalankan tugasnya. Hak istimewa ini dijamin lewat Undang-Undang Nomor 14/1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 43/1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Selain ambulans, mobil yang berhak menjadi raja jalanan cuma pemadam kebakaran, kepolisian, dan tamu negara. "Masalahnya kemacetan di Jakarta sering menjadi biang keterlambatan si ambulans ke rumah sakit," ujar Rizal.
Nah supaya tak lelet, AGD 118 milik DKI juga bekerjasama dengan seluruh rumah sakit di DKI. Bahkan, ambulans ini juga nongkrong di pos pemadam kebakaran dan pos polisi supaya awak ambulans selalu siaga. Maklum, kebutuhan ambulans seringkali meroket sehingga stoknya kosong di rumah sakit. “AGD Dinas Kesehatan DKI Jakarta beroperasi 24 jam penuh. Hari libur pun kami harus beroperasi,” kata Jhon.
Bila Anda membutuhkan pertolongan, prosedurnya tak ribet. Keluarga atau korban bisa menelepon alarm centre di rumah sakit terdekat. Bila ingin menggunakan layanan AGD Dinas Kesehatan DKI tinggal menelepon di 65303118. Telepon di 118 saja juga bisa, tapi kadangkala ada gangguan. Dari alarm centre ini, petugas akan menyambungkan ke petugas paling dekat ke lokasi korban. “Asal tak terjebak macet, tim bisa tiba dengan cepat datang,” kata Jhon.
Lantaran pemerintah kudu mengembang misi sosial, tarif AGD 118 murah meriah. Saking murahnya, peminat cukup membeludak. Padahal, dari 90-an mobil yang ada, cuma 30 unit saja yang bisa bergentayangan di jalanan. Selebihnya, 60 mobil lagi rusak. Makanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta punya tugas berat untuk mengembalikan kekuatan armadanya.


oleh: Handiman, Hikmah Yanti, A. Syalaby Ichsan
KONTAN
1 Juli 2008

Tidak ada komentar: